Sabtu, 26 September 2020

GOTONG ROYONG DALAM MENDIDIK ANAK

GOTONG ROYONG DALAM MENDIDIK ANAK

 Menentukan Visi Pendidikan Anak

Ketika mengawali kehidupan rumah tangga, suami dan istri haruslah menentukan visi hidup bersama terlebih dahulu agar rumah tangga berjalan seiya sekata, senada dan seirama. Terutama dalam menentukan pendidikan anak nantinya. Visi utama adalah menjadikan keluarga terbebas dari api neraka dan masuk surga bersama-sama. Allah Ta’ala berfirman;

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran: 185)

Masing-masing suami dan istri harus siap untuk memperbaiki diri dan senantiasa mengingat betul arah tujuan keluarga tersebut. Sehingga keluarga tumbuh dalam suasana yang religius dan agamis. Visi di atas bukan hanya sekedar simbol saja, akan tetapi ditunjang dengan misi berupa praktek dan penerapannya di dalam rumah. Faktor agama menjadi nomor satu dalam mendidik anak-anak. Indikator keberhasilannya tatkala anak memiliki aqidah yang benar, adab dan akhlak yang baik, serta mampu menjalankan ibadah hariannya secara mandiri.

Anak Adalah Amanah

Anak adalah amanah Allah Ta’ala bagi orangtuanya. Hatinya masih suci ibarat mutiara yang masih polos, tanpa goresan apalagi ukiran. Mutiara itu siap diukir dan akan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan berperilaku baik dan diajari yang baik-baik, niscaya ia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Hasilnya, orangtua akan bahagia dunia dan akhirat. Sebaliknya jika ia dibiasakan berbuat buruk atau dibiarkan begitu saja seperti layaknya binatang ternak, niscaya ia kan menjadi anak yang menyimpang dan menjadi penyebab kesedihan dan kesengsaraan bagi kedua orangtuanya.

Semua itu bergantung kepada orangtuanya dan rumah sebagai tempat tumbuh kembangnya. Hal yang pertama yang dilihat anak adalah keduanya, kemudian terekam dalam benaknya gambaran kehidupan. Rasulullah bersabda,”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanya yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Bukhari no. 1835)

Inilah masa keemasan yang tidak boleh disia-siakan. Pendidikan yang baik adalah hak anak dan kewajiban orangtua. Pendidikan bukanlah hibah ataupun hadiah yang turun dari langit begitu saja.  Tanggung jawab orangtua terhadap anak bukan sekedar memberinya makan kenyang, pakaian bagus ataupun rumah yang lapang. Tanggung jawab yang lebih berat adalah memberikan pendidikan terbaik bagi mereka dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Allah Ta’ala berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)

Berkenaan dengan ayat di atas, Ali bin Abi Thalib mengatakan,”Yakni ajarilah dirimu dan keluargamu nilai-nilai kebaikan.”

Ini adalah amanah Allah Ta’ala dan akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah ini. Rasulullah bersabda:“Kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya...Seorang lelaki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan anak-anaknya. Dan ia akan ditanyai tentang mereka. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari no. 893 dan Muslim no. 4828)

Berbagi Peran, Berbagi Tugas

Seorang ayah memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bekerja keras banting tulang untuk menafkahi anak dan istrinya. Allah Ta’ala berfirman;

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisa: 34)

Namun, bukan hanya itu saja. Di dalam keluarga, dengan beberapa anak yang akan diberikan pendidikan, ayah bertindak sebagai kepala sekolahnya, yang akan menentukan kemana pendidikan tersebut diarahkan. Sedangkan ibu bertindak sebagai al-madrasatul ula yaitu sebagai sekolah yang pertama, sehingga ibu bertindak sebagai guru utama bagi anak-anaknya. Ibu bertugas memberi pendidikan sejak anak dalam kandungan, ketika lahir, bahkan hingga dewasa nanti.

Ayah Mendidik Dengan Maskulin, Ibu Mendidik Dengan Feminim

Laki-laki dan perempuan memiliki karakter yang berbanding terbalik. Laki-laki dengan sifat maskulin dan perempuan dengan sifat feminimnya. Masing-masing sifat tersebut harus terekam dalam diri anak agar pertumbuhannya sesuai dengan fitrah. Anak-laki-laki belajar mengembangkan karakter maskulinnya seperti ayah, sedangkan anak perempuan mengembangkan karakter feminimnya seperti ibu.

Membentuk karakter maskulin pada anak laki-laki:

a.      Memberikan keteladanan pada anak

b.      Melatih kekuatan fisik dengan mengajaknya berolah-raga dan kegiatan yang melibatkan fisik anak.

c.       Membangun pola pikir rasional, tidak larut dengan perasaan.

d.      Mengajari kedisiplinan dan komitmen

e.      Melatih keberanian

f.        Melatih kepemimpinan

g.      Melatih karakter feminim secukupnya: sabar, penyayang, pemaaf.

Membentuk karakter feminim pada anak perempuan:

a.      Memberikan keteladanan pada anak

b.      Melatih kecerdasan berbahasa (komunikasi)

c.       Melatih kesabaran

d.      Menumbuhkan empati dan kasih sayang: merawat binatang, kegiatan sosial.

e.      Melatih karakter maskulin secukupnya: berani, disiplin, komitmen, dll.

Mendoakan Anak

Manusia pada dasarnya adalah lemah tanpa pertolongan dari Allah. Hendaknya kedua orang tua tidak putus untuk meminta kepada Allah Ta’ala, agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih/shalihah dan berbakti kepada keduanya di masa tua nanti.

Memang tugas dan tanggung jawab untuk mendidik anak tidak ringan. Melaksanakan tanggung jawab ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ujian dan rintangan mungkin muncul silih berganti. Rasa letih dan bosan kadang datang mendera. Sementara setan terus membuat makar dan tipu daya untuk mematahkan semangat kita. Apalagi tabiat dasar manusia adalah suka berkeluh kesah. Allah Ta’ala berfirman;

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS Al-Ma’arij: 19)

Jauhilah sifat ini sebisa mungkin. Ingat, keluh kesah hanya membawa kerugian. Sebab, sekecil apapun tugas dan tanggung jawab, bila disikapi dengan keluh kesah, amarah dan perasaan tidak ikhlas maka tugas ringan menjadi beban berat. Lebih rugi lagi, hati menjadi tidak ikhlas sehingga membuat orangtua terluput dari pahala. Inilah kerugian di atas kerugian, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Di dunia kita merasa terbebani di akhirat tidak ada catatan pahala di sisi Allah.

 

Penyusun: Djati Purnomo Sidhi, S.H

Referensi:

Istadi, Irawati. 2017. Rumahku, Tempat Belajarku: Menjadikan Rumah Sebagai Basis Peradaban, Yogyakarta: Pro-U Media.

Choiriyah, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsary. 2012. Mencetak Generasi Rabbani: Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha Ilahi. Cetakan Keempat, Bogor: Darul Ilmi Publishing.

Jumat, 14 September 2018

Tafsirweb.com , Rujukan Tafsir Online Berbahasa Indonesia



tafsirweb.com
Salah satu cara untuk memahami al-Qur’an selain dengan membaca terjemahannya, adalah dengan membaca tafsir yang berkaitan dengan ayat yang dibaca. Begitu para ulama menjelaskan. Bagi orang yang mampu berbahasa Arab maka bisa membaca kitab arabnya. Namun bagaimana dengan orang Indonesia yang bahasa Arabnya pas-pasan, atau pengetahuan bahasa arabnya masih sebatas kosa kata ringan saja?

Tentu keterbatasan dalam berbahasa Arab tidak lantas menjadikan seorang muslim berputus asa untuk memahami kalamullah. Cobalah mulai untuk mempelajari bahasa Arab sedikit demi sedikit, mintalah teman yang sudah bisa untuk mengajari, atau bisa mengikuti les bahasa arab yang sudah mulai menjamur di berbagai kota. Belajarlah dengan niatan agar bisa memahami Al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Memang benar bahwa ketika membaca tafsir semestinya kita mengambil rujukan dari kitab berbahasa Arab langsung, namun tidak secara mutlak juga. Karena kita dituntut untuk memahami bacaan al-qur’an yang kita baca. Sudah barang tentu adanya buku-buku terjemahan cukup membantu. Kadangkala kita terkendala untuk membawa fisik buku-buku tafsir yang lumayan berat, apalagi ketika bepergian jauh sedangkan membaca al-Qur’an dan memahami maknanya sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.

Saat ini sudah ada website yang menghimpun tafsir al-Qur’an terjemahan yang dapat diakses secara online. Kunjungi saja tafsirweb.com dari komputer, laptop maupun ponsel pintar yang Anda miliki. Dalam beberapa detik saja website sudah terbuka, menampilkan halaman muka dengan latar belakang putih yang minimalis. Tidak banyak menu yang ditampilkan pada website itu, hanya ada nama web, kemudian daftar 114 surat dalam al-Qur’an yang bisa kita pilih untuk mengetahui tafsirnya. Pada bagian kanan halaman terdapat kotak pencarian tafsir dan pilihan kategori, sangat simpel.

Ketika memilih salah satu surat, kita akan dibawa ke halaman berikutnya yang daftar ayat yang sudah berisi tafsir, tinggal pilih saja ayat yang akan dibaca tafsirnya. Setelah memilih ayat maka kembali kita dibawa ke halaman lain yang berisi teks Arab dari ayat yang dipilih, arti ayat, dan tafsir ayat yang diambil dari beberapa kitab tafsir ringkas seperti tafsir As-Sa’di, tafsir al-Aisar, dan yang lainnya sebagaimana dituliskan dalam referensi di akhir halaman.
referensi tafsirweb.com

Secara keumuman website tafsirweb.com sudah cukup bagus dengan tampilan minimalisnya dan cara penyusunan tafsir per ayat dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir ringkas. Akan tetapi font arabic yang ditampilkan di website tidak begitu ramah bagi penglihatan, terutama bagi orang yang lanjut usia. Lebih bagus jika diganti dengan font Utsmani sesuai standar penulisan mushaf sehingga memudahkan pembacanya. Namun dengan hadirnya tafsirweb.com merupakan suatu hal yang patut diapresiasi dan disyukuri.

Kamis, 17 November 2016

Menyemai Persatuan Umat Islam di Indonesia

Esai ini pernah diajukan dalam acara Silatnas Halaqah Bem Pesantren Se-Indonesia yang dilaksanakan pada 10-13 November 2016, di Kampus STIU Al-Hikmah Bogor.



Menyemai Persatuan Umat Islam di Indonesia
Oleh : Djati Purnomo Sidhi
Mengapa umat Islam di Indonesia yang jumlahnya begitu banyak belum bisa bersatu sampai saat ini? Mengapa terus saja ada polemik yang terjadi? Apa saja yang menghambat terjadinya persatuan di antara mereka? Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak saya melihat fenomena yang terjadi dalam tubuh umat Islam di Indonesia dewasa ini.

Kamis, 27 Oktober 2016

Kumpul Keluarga Jangan Jadikan Ajang Pamer dan Bangga Diri



Momen lebaran sering dijadikan ajang untuk kumpul keluarga. Dimana banyak anggota keluarga yang tadinya terpisah-pisah berkumpul bersama. Ada yang sedang kuliah di kota lain. Ada juga yang sudah Bekerja dan menetap di lain pulau. Lebaran lah yang menjadi ajang kebersamaan.
Selain berkumpul dengan keluarga sendiri, biasanya ketika lebaran juga diadakan acara kumpul keluarga besar. Yaitu keluarga yang berasal dari garis keturunan kakek/buyut yang sama. Bayangkan saja banyaknya orang yang berkumpul saat itu. Karena banyaknya keturunan.

Senin, 26 September 2016

Penjelasan Doa dan Dzikir Sholat : Takbiratul Ihram


TAKBIRATUL IHRAM (ALLAHU AKBAR)
Dari Ali radiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Kunci sholat adalah bersuci, yang mengharamkannya adalah takbir, dan yang menghalalkannya adalah salam[1]
Penjelasan
Allahu Akbar maknanya Allah lebih besar dibanding segala sesuatu, dan selain Allah tunduk, rendah, dan kecil dibandingkan denganNya[2].
Disebutkan dalam an-Nihayah bahwa Allahu Akbar maknanya adalah Allah yang Maha Besar dikarenakan wazan Af’ala pada kata Akbar serupa dengan wazan Fa’iil. Seperti perkataan al-Farazdaq :
إن الذي سمك السماء بنى لنا بيتا دعائمه أعز وأطول
Sesungguhnya Dzat yang meninggikan langit membangun sebuah rumah bagi kita, tiang-tiangnya kuat dan panjang
Maknanya adalah : عزيزة طويلة kuat dan panjang.

Rabu, 14 September 2016

Karena Ilmu Syar'i Lebih Pantas Untuk Didatangi


Ilmu syar’i atau ilmu agama adalah ilmu yang sangat mulia, bagaikan mutiara yang terpendam di dasar lautan. Tak heran jika banyak yang memburunya. Beragam media sudah lengkap tersedia untuk mereguk nikmatnya ilmu agama. Mulai dari kaset, cd, internet, kitab, kajian rutin, dan lain sebagainya.

Minggu, 04 September 2016

Hukum Sholat Jum'at



Hari Jum’at adalah hari raya pekanan umat Islam. Dinamakan hari jum’at karena pada saat itu umat Islam berkumpul untuk menunaikan sholat jum’at secara bersama-sama. Selain itu hari Jum’at adalah hari yang terbaik di antara hari-hari yang lain dalam setiap pekannya.

Selasa, 02 Agustus 2016

Bacaan Do’a Setelah Adzan Lafadz dan Terjemahnya

Berapakali kita mendengar gema suara adzan dikumandangkan dalam hidup kita, mungkin ratusan bahkan ribuan kali. Akan tetapi apakah kita pernah berhenti sejenak untuk mendengarkannya dengan seksama panggilan Allah tersebut dan berdoa dengan membaca doa setelah adzan? Hanya diri kita yang tahu dengan pasti jawabannya.
Mendengarkan adzan dan menjawabnya adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dilanjutkan dengan membaca doa setelah adzan. Beliau mengatakan dalam salah satu sabdanya yang berbunyi;
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Jika kalian mendengar suara muadzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin (kecuali pada hayaa ‘alash shalat dan hayaa ‘alal falah, pent). Kemudian bershalawatlah untukku. Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Mintalah kepada Allah agar memberiku wasilah, yaitu suatu kedudukan di surga yang diperuntukkan hanya untuk satu hambaNya. Dan aku berharap akulah hamba tersebut. Barangsiapa yang memintakan wasilah untukku wajib baginya syafa’at.” (HR Muslim no. 384)
Dari hadits di atas dapat kita tarik kesimpulan ada beberapa hal yang disyariatkan ketika mendengar adzan :
1.       Menjawab sebagaimana yang diucapkan oleh Muadzin, kecuali pada lafadz Hayya ‘alash shalah dan Hayya ‘alal falah. Dasarnya adalah hadits yang berasal dari Umar bin Khattab;
ثم قال: حي على الصلاة، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله، ثم قال: حي على الفلاح، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله
“Apabila mengatakan Hayyaa ‘alash shalah (marilah kita shalat) maka ucapkan Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billah (Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah), dan jika mengucapkan Hayyaa ‘alal Falah (Marilah menuju kemenangan) jawablah dengan Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billah (Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah).” (HR Muslim no. 385)
2.       Kemudian membaca shalawat kepada nabi. Keutamaan membaca shalawat setelah adzan sebagaimana disebutkan dalam hadits Allah akan bershalawat untuknya, yaitu Allah akan memujinya sebanyak sepuluh kali.
3.       Membaca doa setelah adzan. Setelah selesai bershalawat lantas dianjurkan untuk membaca bacaan doa setelah adzan berikut ini :
اللهم رب هذه الدعوة التامة، والصلاة القائمة، آت محمدا الوسيلة والفضيلة، وابعثه مقاما محمودا الذي وعدته، [إنك لا تخلف الميعاد]
ALLAHUMMAA ROBBA HADZIHID DA’WATIT TAMMAAH WASHOLAATIL QOO IMAH AATI MUHAMMADANIL WASIILATA WAL FADHIILAH WAB’ATSHU MAQOOMAM MAHMUUDANILADZIY WA’ADTAHU, INNAKA LAA TUKHLIFUL MII’AAD
Artinya :
Ya Allah Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini, dan sholat telah ditegakkan. Berikanlah kepada Nabi Muhammad Wasilah dan keutamaan. Berilah dia kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janjiMu.

Makna Doa Setelah Adzan

Doa setelah adzan memiliki makna permintaan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, selaku pemilik seruan atau dakwah yang sempurna. Yang dimaksud dengan seruan di sini adalah seruan kepada tauhid. Karena tauhid merupakan kesempurnaan sedangkan syirik merupakan suatu kekurangan. Atau dakwah tauhid yang sempurna artinya tidak ada perubahan dan penggantian. Dan seruan tauhid tersebut kekal sampai hari kiamat nanti. Pendapat lain mengatakan karena seruan tersebut yang berhak untuk memiliki sifat sempurna, adapun selain seruan tauhid maka termasuk kekurangan.
Dan shalat telah ditegakkan maknanya senantiasa dilakukan. Adapun makna wasilah adalah sebuah kedudukan di surga sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat muslim di atas. Makna fadhilah (keutamaan) adalah derajat tambahan dibandingkan seluruh makhluk yang ada.
Permintaan kepada Allah agar membangkitkan nabi Muhammad nanti pada hari kiamat dan memberikannya kedudukan yang terpuji.
“Yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janjiMu” maknanya dikatakan oleh Ath-Thibiy yaitu merujuk kepada firman Allah Ta’ala;
“Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS al-Isra’ [17] : 79)
Ayat ini dinilai sebagai janji dari Allah Ta’ala, karena kata “mudah-mudahan” bagi Allah artinya adalah kepastian[1]. Yaitu bahwa Allah benar-benar akan mengangkat derajat nabi Muhammad dan mendudukannya pada tempat yang terpuji.

Keutamaan Doa Setelah Adzan

Orang yang membaca doa setelah adzan dengan penuh keikhlasan dari hatinya akan mendapatkan syafa’at Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pada hari kiamat nanti. Untuk itu jangan tinggalkan amalan yang mudah ini, namun pahalanya begitu besar. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang diberi syafa’at oleh baginda Nabi pada hari kiamat kelak. Amiin




[1] Syarh Hisnul Muslim min Adzkaril Kitabi was Sunnah hal. 83-84

Kamis, 28 Juli 2016

Kepemimpinan Dalam Islam

Dewasa ini umat Islam dihadapkan dngan kenyataan yang cukup menyedihkan, yaitu lemahnya negara-negara Islam di hadapan negara-negara non muslim. Negara-negara muslim di berbagai belahan dunia ditekan dari segala sisi. Dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan bidang-bidang yang lain banyak dipengaruhi oleh kepentingan asing.
Apabila kita perhatikan, hal ini tidak lepas dari lemahnya pemimpin menghadapi berbagai gaya penetrasi asing yang ingin menguasai negara. Pemimpin yang tidak memiliki kepemimpinan yang kuat, kapasitas yang memadai, lemah, tidak memiliki strategi dan manajemen yang baik, akan dengan mudah disetir oleh orang lain.
Kepemimpinan Dalam Islam
Islam agama yang sempurna, semua aspek kehidupan diperhatikan dan diatur dengan sedemikian rupa untuk kemaslahatan pemeluknya. Termasuk masalah kepemimpinan. Salah seorang sahabat nabi yang bernama Abu Dzar pernah mengatakan;
 “Rasulullah pergi meninggalkan kami dan tidaklah burung terbang di angkasa dengan kedua sayapnya kecuali di sisi kami ada ilmunya.” (HR Ibnu Hibban)
Bersandar pada perkataan sahabat di atas, tentu saja para ulama dari zaman dahulu telah membahas mengenai kepemimpinan dalam pandangan Islam, dan memberikan porsi yang besar akan hal itu. Hal ini terbukti dengan banyaknya karangan yang bertemakan politik dan kepemimpinan. Sebut saja kitab al-Ahkam as-Sulthaniyah karya Imam al-Mawardi asy-Syafi’i, as-Siyasah karya al-Farabiy, Ibnu Sina, dan kitab as-Siyasah asy-Syar’iyah tulisan Ibnu Taimiyah. 
Membicarakan kepemimpinan dalam Islam, berarti membiarakan suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan oleh siapa saja yang diangkat menjadi pemimpin. Karena setiap muslim pada dasarnya adalah pemimpin. Mulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat tertinggi pada bangsa, negara dan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin. Dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Seorang kepala negara adalah pemimpin yang akan ditanya tentang rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya, dan akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya, dan akan ditanya akan kepemimpinannya. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan ditanya. Ingatlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan ditanya tentang orang-orang yang kalian pimpin.” (HR Muslim)
Pemimpin dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepemimpinan tertinggi (Imamatul ‘Udzma) dan yang berada di bawahnya. Pemimpin tertinggi adalah seorang khalifah. Dimulai dari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, estafet kepemimpinan terus dilanjutkan oleh para Khulafa’ur Rasyidin, kemudian raja-raja dari Dinasti Bani Umayyah, digantikan oleh raja-raja dari Dinasti Abassiyah. Sampai pada runtuhnya kekhalifahan Dinasti Utsmaniyah pada tahun 1924 M.
Pemimpin memiliki hak istimewa untuk ditaati oleh seluruh rakyatnya kecuali jika memerintahkan kepada perbuatan maksiat. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya;
 “O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the last Day. That is the best way and best in result.” (QS an-Nisa : 59)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
 "Wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan biarpun merugikan kepentinganmu." (HR Muslim)
Di bawah kedudukan pemimpin tertinggi ada banyak sekali pemimpin-pemimpin. Contohnya adalah pemimpin shalat, pemimpin daerah, pemimpin rombongan safar, pemimpin rumah tangga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sudah lewat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu kepemimpinan. Agar menjadi pemimpin yang baik dan mampu mempertanggung-jawabkan di hadapan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
            Membicarakan kepemimpinan juga tidak bisa lepas dari sosok seorang pemimpin muslim yang ideal yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena beliaulah contoh dalam segala bidang. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan;
 “Sungguh ada pada diri Rasulullah contoh yang baik bagi siapa saja yang mengharapkan Allah dan hari akhir, serta banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab : 21)
            Kemampuan beliau dalam bidang kepemimpinan sudah tidak diragukan lagi dengan memenangkan berapa kali peperangan melawan orang-orang kafir. Dalam perang Badar yang saat itu pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang, sedangkan lawan berjumlah 1000 pasukan mampu beliau taklukan bersama sahabat-sahabatnya. Dan terakhir ketika Fathu Makkah beliau mampu menguasainya tanpa ada perlawanan yang berarti.
Kriteria Pemimpin dalam Islam
            Hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menerangkan kepada kita bagaimana kriteria pemimpin yang ideal dalam Islam. Mawardi asy-Syafi’i menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang khalifah;
1.      Adil dengan segala aspeknya
a)      Adil
Seorang pemimpin haruslah adil dalam segala hal. Baik itu dalam penegakan hukum, dan pemberian hak serta kewajiban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan;
"Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman 'azza wajalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka." (HR Muslim)
b)      Kuat
Pemimpin yang kuat akan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kuat fisik dan mental. Karena pemimpin akan menghadapi gejolak-gejolak di masyarakat yang membutuhkan fisik, stamina dan pikiran yang kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sahabatnya untuk menjadi pemimpin karena ia lemah.
"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." (HR Muslim no. 3404)
c)      Jujur
Pemimpin yang tidak jujur hanya akan menyengsarakan yang dipimpinnya. Berbagai kasus korupsi akan terus meningkat tanpa bisa dibendung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan pemimpin yang tidak jujur dan berbuat curang;
"Tidaklah seorang pemimpin yang Allah serahi untuk memimpin rakyatnya, ketika meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga untuknya." (HR Muslim no. 3409)
2.      Ilmu yang dapat dipergunakan untuk berijtihad dalam perkara hukum dan masalah kontemporer.
3.      Sempurnanya indera seperti penghlihatan, pendengar, dan pengucap, agar dapat mengolah apa yang didapatkan secara langsung.
4.      Sempurnanya anggota badan yang menghalangi dari pergerakan yang membutuhkan tanggapan cepat.
5.      Pikiran yang cemerlang untuk mengurusi rakyatnya dan mengatur kemaslahatan mereka.
6.      Keberanian yang dapat dipergunakan untuk melindungi dari intervensi luar dan menyerang musuh.
7.      Nasab, yaitu berasal dari suku Quraisy, karena adanya dalil dan ijmak yang telah tetap.
Begitulah kepemimpinan dalam Islam, dibutuhkan seorang pemimpin yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan agar negara-negara Islam memperoleh kejayaannya di era sekarang ini.

Rabu, 20 Juli 2016

Kanvas Yang Menghitam


Seandainya ada seorang pelukis mentorehkan satu titik hitam pada sebidang kanvas putih, setiap hari satu titik, semakin hari titik itu semakin bertambah. Pada mulanya hanya satu titik, lambat laun titik itu berubah menjadi kumpulan titik titik yang banyak. Setelah berlalu masa yang panjang, akhirnya titik tu merubah warna kanvas yang tadinya putih bersih, menjadi penuh hitam kelam.
Pelukis itu tak ubahnya adalah diri kita sendiri, yang memiliki sebidang kanvas dan sebilah kuas. Kanvas itu adalah hati, dan kuasnya adalah badan kita. Seperti yang diketahui bahwa hati manusia pada asalnya putih bersih. Apabila setiap hari kita menggunakan badan kita untuk berbuat dosa, sama saja kita menorehkan satu titik hitam. Hari demi hari titik itu bertambah lebar sampai akhirnya hati kita menghitam karena banyaknya dosa yang dilakukan.
Setiap perubahan pasti ada efek yang terjadi. Hati yang menghitam sama saja dengan hati yang sekarat bahkan hampir mati. Apabila hati sudah mati maka itu adalah organ yang tidak berguna, tidak berguna untuk merenungi kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala, tidak berguna pula untuk meresapi nasehat yang disampaikan kepadanya, tidak berguna untuk memikirkan seruan dan ancaman dari Allah dan rasulNya shalallahu’alaihi wasallam.
Lalu bagaimana terapi pemulihan hati yang sekarat atau mati? Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memberikan resepnya sebagai berikut. Beliau bersabda;
إن العبد إذا أخطأ خطيئة نكتت في قلبه نكتة سوداء, فإذا هو نزع و استغفر و تاب سقل قلبه, و إن عاد زيد فيها حتي تعلو قلبه.
Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa, ditorehkan dihatinya sebuah titik hitam. Apabila kemudian dia berhenti dari perbuatan dosanya, memohon ampun dan bertaubat, hatinya menjadi bersih kembali. Akan tetapi kalau melakukan dosa lagi ditorehkan lagi sampai menutupi hatinya. “ (HR Tirmidzi, dinilai hasan oleh Tirmidzi)
            Apabila hati kita sudah dipenuhi noda hitam. Hilangkan dengan bertaubat dari seluruh maksiat yang kita lakukan. Duduk bersimpuh, pasrah memohon ampunan dari Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang bagi hamba-hambaNya. Semoga Allah ta’ala mengampuni kita semua. Amiin.