Kamis, 28 Juli 2016

Kepemimpinan Dalam Islam

Dewasa ini umat Islam dihadapkan dngan kenyataan yang cukup menyedihkan, yaitu lemahnya negara-negara Islam di hadapan negara-negara non muslim. Negara-negara muslim di berbagai belahan dunia ditekan dari segala sisi. Dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan bidang-bidang yang lain banyak dipengaruhi oleh kepentingan asing.
Apabila kita perhatikan, hal ini tidak lepas dari lemahnya pemimpin menghadapi berbagai gaya penetrasi asing yang ingin menguasai negara. Pemimpin yang tidak memiliki kepemimpinan yang kuat, kapasitas yang memadai, lemah, tidak memiliki strategi dan manajemen yang baik, akan dengan mudah disetir oleh orang lain.
Kepemimpinan Dalam Islam
Islam agama yang sempurna, semua aspek kehidupan diperhatikan dan diatur dengan sedemikian rupa untuk kemaslahatan pemeluknya. Termasuk masalah kepemimpinan. Salah seorang sahabat nabi yang bernama Abu Dzar pernah mengatakan;
 “Rasulullah pergi meninggalkan kami dan tidaklah burung terbang di angkasa dengan kedua sayapnya kecuali di sisi kami ada ilmunya.” (HR Ibnu Hibban)
Bersandar pada perkataan sahabat di atas, tentu saja para ulama dari zaman dahulu telah membahas mengenai kepemimpinan dalam pandangan Islam, dan memberikan porsi yang besar akan hal itu. Hal ini terbukti dengan banyaknya karangan yang bertemakan politik dan kepemimpinan. Sebut saja kitab al-Ahkam as-Sulthaniyah karya Imam al-Mawardi asy-Syafi’i, as-Siyasah karya al-Farabiy, Ibnu Sina, dan kitab as-Siyasah asy-Syar’iyah tulisan Ibnu Taimiyah. 
Membicarakan kepemimpinan dalam Islam, berarti membiarakan suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan oleh siapa saja yang diangkat menjadi pemimpin. Karena setiap muslim pada dasarnya adalah pemimpin. Mulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat tertinggi pada bangsa, negara dan dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin. Dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Seorang kepala negara adalah pemimpin yang akan ditanya tentang rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya, dan akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya, dan akan ditanya akan kepemimpinannya. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan ditanya. Ingatlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan ditanya tentang orang-orang yang kalian pimpin.” (HR Muslim)
Pemimpin dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepemimpinan tertinggi (Imamatul ‘Udzma) dan yang berada di bawahnya. Pemimpin tertinggi adalah seorang khalifah. Dimulai dari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, estafet kepemimpinan terus dilanjutkan oleh para Khulafa’ur Rasyidin, kemudian raja-raja dari Dinasti Bani Umayyah, digantikan oleh raja-raja dari Dinasti Abassiyah. Sampai pada runtuhnya kekhalifahan Dinasti Utsmaniyah pada tahun 1924 M.
Pemimpin memiliki hak istimewa untuk ditaati oleh seluruh rakyatnya kecuali jika memerintahkan kepada perbuatan maksiat. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya;
 “O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the last Day. That is the best way and best in result.” (QS an-Nisa : 59)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
 "Wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan biarpun merugikan kepentinganmu." (HR Muslim)
Di bawah kedudukan pemimpin tertinggi ada banyak sekali pemimpin-pemimpin. Contohnya adalah pemimpin shalat, pemimpin daerah, pemimpin rombongan safar, pemimpin rumah tangga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sudah lewat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu kepemimpinan. Agar menjadi pemimpin yang baik dan mampu mempertanggung-jawabkan di hadapan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
            Membicarakan kepemimpinan juga tidak bisa lepas dari sosok seorang pemimpin muslim yang ideal yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena beliaulah contoh dalam segala bidang. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan;
 “Sungguh ada pada diri Rasulullah contoh yang baik bagi siapa saja yang mengharapkan Allah dan hari akhir, serta banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab : 21)
            Kemampuan beliau dalam bidang kepemimpinan sudah tidak diragukan lagi dengan memenangkan berapa kali peperangan melawan orang-orang kafir. Dalam perang Badar yang saat itu pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang, sedangkan lawan berjumlah 1000 pasukan mampu beliau taklukan bersama sahabat-sahabatnya. Dan terakhir ketika Fathu Makkah beliau mampu menguasainya tanpa ada perlawanan yang berarti.
Kriteria Pemimpin dalam Islam
            Hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menerangkan kepada kita bagaimana kriteria pemimpin yang ideal dalam Islam. Mawardi asy-Syafi’i menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang khalifah;
1.      Adil dengan segala aspeknya
a)      Adil
Seorang pemimpin haruslah adil dalam segala hal. Baik itu dalam penegakan hukum, dan pemberian hak serta kewajiban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan;
"Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman 'azza wajalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka." (HR Muslim)
b)      Kuat
Pemimpin yang kuat akan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kuat fisik dan mental. Karena pemimpin akan menghadapi gejolak-gejolak di masyarakat yang membutuhkan fisik, stamina dan pikiran yang kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sahabatnya untuk menjadi pemimpin karena ia lemah.
"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." (HR Muslim no. 3404)
c)      Jujur
Pemimpin yang tidak jujur hanya akan menyengsarakan yang dipimpinnya. Berbagai kasus korupsi akan terus meningkat tanpa bisa dibendung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan pemimpin yang tidak jujur dan berbuat curang;
"Tidaklah seorang pemimpin yang Allah serahi untuk memimpin rakyatnya, ketika meninggal dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga untuknya." (HR Muslim no. 3409)
2.      Ilmu yang dapat dipergunakan untuk berijtihad dalam perkara hukum dan masalah kontemporer.
3.      Sempurnanya indera seperti penghlihatan, pendengar, dan pengucap, agar dapat mengolah apa yang didapatkan secara langsung.
4.      Sempurnanya anggota badan yang menghalangi dari pergerakan yang membutuhkan tanggapan cepat.
5.      Pikiran yang cemerlang untuk mengurusi rakyatnya dan mengatur kemaslahatan mereka.
6.      Keberanian yang dapat dipergunakan untuk melindungi dari intervensi luar dan menyerang musuh.
7.      Nasab, yaitu berasal dari suku Quraisy, karena adanya dalil dan ijmak yang telah tetap.
Begitulah kepemimpinan dalam Islam, dibutuhkan seorang pemimpin yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan agar negara-negara Islam memperoleh kejayaannya di era sekarang ini.