Dewasa ini umat Islam dihadapkan dngan kenyataan yang cukup menyedihkan, yaitu lemahnya negara-negara Islam
di hadapan negara-negara non muslim. Negara-negara muslim di berbagai belahan dunia ditekan dari segala sisi. Dalam bidang sosial,
ekonomi, budaya, pertahanan dan bidang-bidang yang lain banyak dipengaruhi oleh
kepentingan asing.
Apabila kita
perhatikan, hal ini tidak lepas dari lemahnya pemimpin menghadapi berbagai gaya penetrasi asing yang ingin
menguasai negara. Pemimpin yang tidak memiliki kepemimpinan yang kuat,
kapasitas yang memadai, lemah, tidak memiliki strategi dan manajemen yang baik,
akan dengan mudah disetir oleh orang lain.
Kepemimpinan Dalam Islam
Islam agama
yang sempurna, semua aspek kehidupan diperhatikan dan diatur dengan sedemikian
rupa untuk kemaslahatan pemeluknya. Termasuk masalah kepemimpinan. Salah seorang
sahabat nabi yang bernama Abu Dzar pernah mengatakan;
“Rasulullah pergi meninggalkan kami dan
tidaklah burung terbang di angkasa dengan kedua sayapnya kecuali di sisi kami
ada ilmunya.” (HR Ibnu Hibban)
Bersandar pada perkataan sahabat di atas,
tentu saja para ulama dari zaman dahulu telah membahas mengenai kepemimpinan dalam pandangan Islam, dan
memberikan porsi yang besar akan hal itu. Hal ini terbukti dengan banyaknya
karangan yang bertemakan politik dan kepemimpinan. Sebut saja kitab al-Ahkam
as-Sulthaniyah karya Imam al-Mawardi asy-Syafi’i, as-Siyasah karya al-Farabiy,
Ibnu Sina, dan kitab as-Siyasah asy-Syar’iyah tulisan Ibnu Taimiyah.
Membicarakan
kepemimpinan
dalam Islam, berarti membiarakan suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan oleh siapa saja yang diangkat menjadi pemimpin. Karena
setiap muslim pada dasarnya adalah pemimpin. Mulai dari tingkat yang paling
rendah sampai tingkat tertinggi pada bangsa, negara dan dunia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin. Dan kalian
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Seorang kepala negara
adalah pemimpin yang akan ditanya tentang rakyatnya. Seorang suami adalah
pemimpin di rumahnya, dan akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang istri
adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya, dan akan ditanya akan
kepemimpinannya. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan akan
ditanya. Ingatlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan ditanya tentang
orang-orang yang kalian pimpin.”
(HR Muslim)
Pemimpin dalam Islam
Kepemimpinan
dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepemimpinan tertinggi (Imamatul
‘Udzma) dan yang berada di bawahnya. Pemimpin tertinggi adalah seorang
khalifah. Dimulai
dari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, estafet kepemimpinan
terus dilanjutkan oleh para Khulafa’ur Rasyidin, kemudian raja-raja dari
Dinasti Bani Umayyah, digantikan oleh raja-raja dari Dinasti Abassiyah. Sampai
pada runtuhnya kekhalifahan Dinasti Utsmaniyah pada tahun 1924 M.
Pemimpin memiliki hak istimewa untuk ditaati
oleh seluruh rakyatnya kecuali jika memerintahkan kepada perbuatan maksiat. Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya;
“O you who have believed, obey Allah and obey the Messenger and
those in authority among you. And if you disagree over anything, refer it to
Allah and the Messenger, if you should believe in Allah and the last Day. That
is the best way and best in result.”
(QS an-Nisa : 59)
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
"Wajib
bagi kalian untuk mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun senang,
dalam perkara yang disukai dan dibenci dan biarpun merugikan
kepentinganmu." (HR Muslim)
Di
bawah kedudukan pemimpin tertinggi ada banyak sekali pemimpin-pemimpin.
Contohnya adalah pemimpin shalat, pemimpin daerah, pemimpin rombongan safar,
pemimpin rumah tangga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sudah lewat.
Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap
muslim untuk mempelajari ilmu kepemimpinan. Agar
menjadi pemimpin yang baik dan mampu mempertanggung-jawabkan di hadapan Allah
Tabaraka wa Ta’ala.
Membicarakan kepemimpinan juga
tidak bisa lepas dari sosok seorang pemimpin muslim yang ideal yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena
beliaulah contoh dalam segala bidang. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan;
“Sungguh ada pada diri Rasulullah contoh yang
baik bagi siapa saja yang mengharapkan Allah dan hari akhir, serta banyak
menyebut Allah.” (QS al-Ahzab : 21)
Kemampuan beliau dalam bidang kepemimpinan sudah tidak
diragukan lagi dengan memenangkan berapa kali peperangan melawan orang-orang
kafir. Dalam perang Badar yang saat itu pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang,
sedangkan lawan berjumlah 1000 pasukan mampu beliau taklukan bersama
sahabat-sahabatnya. Dan terakhir ketika Fathu Makkah beliau mampu
menguasainya tanpa ada perlawanan yang berarti.
Kriteria Pemimpin dalam Islam
Hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menerangkan kepada kita
bagaimana kriteria pemimpin yang ideal dalam Islam. Mawardi asy-Syafi’i
menyebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang khalifah;
1. Adil
dengan segala aspeknya
a) Adil
Seorang pemimpin haruslah adil
dalam segala hal. Baik itu dalam penegakan hukum, dan pemberian hak serta
kewajiban. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan;
"Orang-orang yang berlaku adil berada di
sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan
Ar Rahman 'azza wajalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-,
yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil
dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka." (HR Muslim)
b) Kuat
Pemimpin yang kuat akan mampu
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Kuat fisik dan mental.
Karena pemimpin akan menghadapi gejolak-gejolak di masyarakat yang membutuhkan
fisik, stamina dan pikiran yang kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melarang sahabatnya untuk menjadi pemimpin karena ia lemah.
"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan)
padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan
penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan
tugas dengan benar." (HR Muslim no. 3404)
c) Jujur
Pemimpin yang tidak jujur hanya
akan menyengsarakan yang dipimpinnya. Berbagai kasus korupsi akan terus
meningkat tanpa bisa dibendung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memperingatkan pemimpin yang tidak jujur dan berbuat curang;
"Tidaklah seorang pemimpin yang Allah
serahi untuk memimpin rakyatnya, ketika meninggal dalam keadaan menipu
rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga untuknya." (HR Muslim no. 3409)
2. Ilmu
yang dapat dipergunakan untuk berijtihad dalam perkara hukum dan masalah
kontemporer.
3. Sempurnanya
indera seperti penghlihatan, pendengar, dan pengucap, agar
dapat mengolah apa yang didapatkan secara langsung.
4. Sempurnanya
anggota badan yang menghalangi dari pergerakan yang membutuhkan tanggapan cepat.
5. Pikiran
yang cemerlang untuk mengurusi rakyatnya dan mengatur kemaslahatan mereka.
6. Keberanian
yang dapat dipergunakan untuk melindungi dari intervensi luar dan menyerang
musuh.
7. Nasab,
yaitu berasal dari suku Quraisy, karena adanya dalil dan ijmak yang telah
tetap.
Begitulah kepemimpinan dalam Islam, dibutuhkan seorang
pemimpin yang memenuhi kriteria yang telah disebutkan agar negara-negara Islam
memperoleh kejayaannya di era sekarang ini.