Malam lailatul qadar sebagaimana ditunjukkan oleh
riwayat-riwayat hadits jatuh pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Terutama pada malam-malam yang ganjil. Sudah sepantasnya seorang muslim untuk
memperbanyak ibadah yang sunnah seperti sholat malam, membaca al-Qur’an,
berdzikir, serta berdoa meminta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Redaksi Doa Malam Lailatul Qadar
Di antara doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk umatnya ketika menjumpai Lailatul Qadar
adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu ‘anha;
“Wahai Rasulullah, apa pendapatmu kalau aku mendapati lailatul qadar, doa apa yang harus kubaca?”“Bacalah;اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنيALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNIIArtinya : Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun dan menyukai namaMu (al-‘Afwu), maka ampunilah kami[1].
Bimbingan nabi agar berdoa dengan redaksi seperti
di atas menunjukan pentingnya isi doa di malam yang pernuh berkah tersebut.
Makna dan Hikmah Doa Malam Lailatul Qadar
Al-‘Afwu adalah salah satu nama Allah. Makna dari doa
tersebut adalah adalah meminta kepada Allah al-Afwu agar diampuni dosa-dosanya
dan tidak mengadzab hambaNya karena dosa-dosa yang telah diperbuat. Sebagaimana
dikatakan oleh Imam Qurthubi,”al-Afwu adalah ampunan yang diberikan oleh Allah
Ta’ala kepada hambaNya. Bisa diberikan sebelum jatuhnya hukuman atau
setelahnya, berbeda dengan ghufron. Adapun ghufron adalah ampunan yang
diberikan tanpa diberikan hukuman sedikitpun.”[2]
Sedangkan makna dari Tuhibbul ‘afwa adalah
bahwa Allah Ta’ala mencintai nama dan sifat-sifatNya, dan mencintai
hamba-hambaNya yang beribadah dengan perantaraan nama dan sifat tersebut, serta
beramal dengan konsekuensi yang ada dari nama dan sifat-sifatNya (al-‘Afwu).
Adapun rahasia mengapa
didahulukan penyebutan nama Allah sebelum isi doa, yaitu menyebutkan nama al-‘Afwu
sebagai bentuk tawassul dengan namaNya sebelum memohon yang diinginkan[3].
Ibnu Rajab menjelaskan
hikmah mengapa pada malam laitul qadar disyariatkan doa meminta pengampunan
dari Allah Ta’ala. Beliau mengatakan,”Hanya saja diperintahkan untuk meminta
ampunan pada malam lailatul qadar –setelah beramal pada malam tersebut dan
sepuluh hari terakhir- karena orang yang berilmu tahu bahwa kerja kerasnya
melakukan berbagai amalan bukanlah apa-apa, masih banyak kekurangannya.
Sehingga ia kembali untuk memohon ampunan, seperti halnya orang yang berdosa
dan bersalah[4].”
Jangan sia-siakan
kesempatan untuk mendapatkan malam lailatul qadar di sepuluh hari terakhir di
bulan Ramadhan. Karena kita tidak pernah tahu apakah masih sempat untuk bertemu
dengan Ramadhan selanjutnya. Mintalah ampunan kepada Allah sesungguhNya Allah
Maha Pengampun.
[1] (HR Tirmidzi,
Kitab ad-Da’awaat, Bab Hadatsanaa Yusuf bin Isa, no. 3513,
an-Nasa’i dalam al-Kubro no. 7712, Ibnu Majah no. 3850, musnad Ahmad 42/236 no.
25384, dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidziy 3/170)
[2] Tafsir al-Qurthubiy 1/797
[3] www.kalemtayeb.com/index.php/kalem/safahat/item/3116
[4] Lathaiful Ma’arif hal. 206