Lailatul Qadar adalah malam yang
sangat spesial bagi orang-orang yang menginginkan pahala yang berlipat ganda di
bulan Ramadhan. Tak tanggung-tanggung memang, pahala yang Allah janjikan kepada
orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadar senilai dengan ibadah selama
1000 bulan, atau 82 tahun lebih.
Bayangkan saja, betapa besarnya pahala yang akan diraup pada malam
kemuliaan itu. Umur manusia normal saja belum tentu mencapai delapan puluh
tahun. Jauh melampaui umur manusia normal yang kehidupannya pun tidak full
dipenuhi ibadah. Masih dikurangi dengan masa kecil sebelum taklif (pembebanan
syariat). Itulah kemurahan Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Namun apakah ada
yang mau mencarinya.
Kapankah Malam Lailatul Qadar ?
Bagi seorang pemburu malam lailatul Qadar. Ia harus mengetahui
kapan kira-kira buruannya akan muncul. Sehingga ia bisa mempersiapkan dengan
sebaik-baiknya untuk menangkap buruan tersebut. Berdasarkan kabar yang
disampaikan oleh baginda Nabi, kita bisa mengetahui walaupun tidak dengan
pasti, kapankah malam lailatul Qadar itu.
Tidak diragukan lagi bahwa malam
lailatul Qadar berada di bulan Ramadhan. Allah Ta'ala berfirman;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya
kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan.” (QS al-Qodr
: 1).
Seperti yang
sudah diketahui bahwa Allah menurunkan al-Qur'an di bulan Ramadhan. Adapun kapan
tepatnya, Rasulullah memberitahukan bahwa malam tersebut berada pada sepuluh
hari terakhir di bulan Ramadhan. Walaupun para ulama berbeda pendapat mengenai
masalah ini. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,”Para ulama berbeda
pendapat mengenai lailatul Qadar dengan perbedaan yang banyak. Hasilnya mencapai
empat puluh pendapat.”[1]
Kebanyakan
ulama berpendapat malam itu berada di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Mereka berdalilkan dengan hadits yang berasal dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa
Rasulullah bersabda;
فَابْتَغُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ
“Carilah
lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir.” (HR Bukhari & Muslim)
Kemudian secara lebih spesifik
lagi Rasulullah memerintahkan agar mencarinya di hari-hari yan ganjil dari
sepuluh malam terakhir tersebut.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul Qadar pada malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan.” (HR Bukhari)
Mengenai kapankah terjadinya
malam lailatul Qadar itu, ada dua hadits yang menerangkannya. Hadits pertama
berasal dari Ubaiy bin Ka'ab menyatakan bahwa lailatul Qadar terjadi pada malam
kedua puluh tujuh;
وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ،
يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي، وَوَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ، هِيَ
اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
“Demi Allah
yang tidak ada ilah selainNya. Lailatul Qadar berada di bulan Ramadhan. Beliau
bersumpah tanpa mengecualikannya. Demi Allah aku benar-benar tahu malam
kapankah itu. Itu malam ketika Rasulullah menyuruh kami untuk mendirikan shalat
malam. Yaitu malam kedua puluh tujuh.” (HR Muslim)
Sedangkan hadits yang kedua
berasal dari Abu Sa'id al-Khudry menyatakan bahwa lailatul Qadar terjadi pada
malam dua puluh satu;
Abu Salamah mengatakan, Aku
bertanya kepada Abu Sa'id al-Khudri :”Apakah kau dengar Rasulullah pernah
menyebutkan tentang lailatul Qadar?” Ia menjawab :”Ya. Kami beri'tikaf bersama
Rasulullah pada 10 hari pertengahan bulan Ramadhan. Kami keluar pada pagi hari
tanggal 20.
Lantas pagi itu juga Rasulullah
berkhutbah :”Diperlihatkan kepadaku lailatul Qadar, akan tetapi aku dibuat
lupa. Maka carilah di sepuluh hari terakhir yang ganjil.
Aku melihat dalam mimpi diriku
sujud di atas air dan tanah. Barangsiapa yang kemarin beri'tikaf bersama
Rasulullah hendaknya kembali lagi ke masjid.”
Kemudian kami kembali ke masjid,
dan kami tidak melihat ada segumpal awan pun di langit.
Datanglah awan selang beberapa
waktu, dan hujan pun turun. Shalat segera ditegakkan pada malam itu. Aku
melihat Rasulullah sujud di atas tanah dan air sampai-sampai membekas pada
hidung dan keningnya,” kata Abu Sa'id. (HR Bukhari & Muslim)
Orang-orang kembali beri'tikaf
setelah diperintahkan oleh Rasulullah pada malam 21 Ramadhan. Dan benarlah apa
yang dimimpikan oleh Rasulullah bahwa beliau sujud di atas air dan tanah karena
turun hujan. Hadits ini menunjukkan bahwa malam lailatul Qadar kala itu jatuh
pada tanggal 21 Ramadhan.
Dari dua riwayat hadits di atas,
para ulama mengambil kesimpulan bahwa lailatul Qadar berganti-ganti setiap
tahunnya pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Tanda-tanda lailatul Qadar
terbagi menjadi dua :
1. Pada malam
hari :
a. Cuaca saat
itu cerah dan tenang. Dari Ibnu Abbas ia mengatakan. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda,”Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah,
tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Pada pagi harinya cahaya mahari
lemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi, Ibnu Khuzaimah, al-Bazzar,
derajatnya hasan)
b. Rasa tenang
karena turunnya para malaikat. Manusia merasa tenang hatinya, lapang dadanya,
dan beribadah terasa nikmat pada malam tersebut.
c. Terkadang
dilihat oleh sebagian orang di dalam mimpinya, sebagaimana yang dilihat oleh
beberapa sahabat nabi.
2. Pada pagi
hari :
a. Pada pagi
harinya, matahari terbit dengan tidak begitu menyilaukan pandangan mata. Dari Ubaiy bin Ka'ab bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengatakan,”Pagi hari pada malam lailatul Qadar matahari terbit
tidak menyilaukan, seperti bejana. Sampai meninggi.” (HR Muslim)
Lailatul Qadar memang tidak bisa diprediksi secara tepat kemunculannya,
kita hanya bisa mengikuti petunjuk yang sudah diterangkan oleh Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam. Begitu pun kita harus mempersiapkan untuk
menyambutnya dengan amalan ibadah yang sebaik-baiknya. Semoga Allah menjadikan
kita hamba-hambaNya yang memperoleh kenikmatan Lailatul Qadar.
0 komentar: