Rabu, 22 Juni 2016

Tolonglah Saudaramu Yang Dzalim



Apabila suatu saat kita melihat seseorang dengan seenaknya membuang sampah di trotoar, padahal di dekatnya tergeletak tong sampah. Dalam penilaian kita apakah perbuatan tersebut dapat kita benarkan? Jawabannya tentu saja tidak, membuang sampah seharusnya di tempat sampah bukan di trotoar. Itulah sedikit gambaran dari sebuah perbuatan yang dinamakan kedzaliman, yaitu meletakan sesuatu tidak pada tempatnya.
 Kedzaliman bertingkat-tingkat bentuknya, dari tingkat paling rendah sampai tingkat tertinggi. Sehingga orang-orang yang berbuat kedzaliman akan menerima balasan yang ngeri tak berperi.  Allah ta’ala menceritakan kesudahan bagi orang-orang yang dzalim dalam ayatNya yang berbunyi;
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42)
“Sesungguhnya jalan bagi orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak, bagi mereka adzab yang pedih”. (QS. Asy-Syuro : 42)

                Tak sampai di situ saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan hukuman lain bagi mereka, yaitu kegelapan pada hari kiamat. Hal ini terekam dalam sabda beliau;
«اتقوا الظلم, فإن الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“Jauhilah kedzaliman, karena kedzaliman merupakan kegelapan pada hari kiamat”. HR Muslim no.2578
                Maka marilah kita jaga diri kita agar jangan sampai berbuat kedzaliman, mengingat adzab yang disiapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bagi hambaNya yang berbuat dzalim sangat pedih. Lalu bagaimana jika kita sudah bisa berlepas diri dari kedzaliman akan tetapi masih ada saudara kita yang ringan untuk berbuat kedzaliman, entah itu menyalahgunakan kekuasaan, ringan tangan, menilep harta orang lain dan lain sebagainya. Apa yang mestinya kita lakukan terhadap orang tersebut?.
Dalam hal ini kita harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk yang beliau arahkan. Beliau menyarankan dalam hadits berikut ini;
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَصَرْتُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ أَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَكُفُّهُ عَنِ الظُّلْمِ، فَذَاكَ نَصْرُكَ إِيَّاهُ
“Tolonglah saudaramu yang berbuat dzalim atau didzalimi! Para sahabat menukas:”Wahai Rasulullah, tentu kami akan menolong orang yang didzalimi, akan tetapi bagaimana kami akan menolong orang yang dzalim?”. Beliau menjawab:”Engkau mencegahnya agar jangan sampai berbuat dzalim, itu bentuk pertolonganmu kepadanya.” (HR Tirmidzy no. 2255 dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albaniy)
                Itulah bentuk pertolongan yang bisa kita lakukan terhadap orang yang dzalim, dengan cara mencegahnya dari perbuatan dzalim yang biasa dilaksanakan. Di antara bentuk menolong orang yang dzalim adalah mencegah orang lain dari perbuatan syirik. Karena Allah telah menegaskan bahwasanya kesyirikan merupakan kedzaliman yang paling dzalim. Allah menghikayatkan perkaatan seorang hamba yang shalih ketika memberikan wejangan kepada anaknya. Isi wejangan tersebut adalah;
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
“Ingatlah tatkala Luqman memberikan wejangan kepada anaknya, Wahai anaku janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan adalah kedzaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)
                Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk melarang saudara kita berbuat syirik, sebagai pengamalan hadits di atas. Jadi biarkan saja ada suara sumbang yang terdengar ketika kita berusaha menjelaskan bahayanya kesyirikan, mencegah orang berbuat syirik, dan hal-hal lain yang berbau kesyirikan. Karena hal ini merupakan bukti cinta kita kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimaklumi bahwa bukti cinta terhadap seseorang adalah mau melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh sang pujaan hati, apalagi ini adalah titah dari Rasulullah untuk menolong saudaranya yang terjerembab dalam lembah kedzaliman. Lebih pantas lagi untuk kita laksanakan. 
                Lalu bagaimana apabila ada orang yang berkilah:”untuk apa kita repot-repot menolong orang yang dzalim, bukankah dia sendiri nanti yang akan menanggung dosanya, Allah ta’ala juga sudah berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ (105)
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu sendiri. Tidak akan memudharatkan kalian orang yang sesat apabila kalian telah mendapatkan petunjuk”. (QS. Al-Ma’idah : 105)
Kita jawab saja,”dalilnya memang benar tapi diletakan pada tempatnya, sesuai dengan hadits di bawah ini;
قَالَ أَبُو بَكْرٍ: بَعْدَ أَنْ حَمِدَ اللَّهَ، وَأَثْنَى عَلَيْهِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الْآيَةَ، وَتَضَعُونَهَا عَلَى غَيْرِ مَوَاضِعِهَا: {عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة: 105]، قَالَ: عَنْ خَالِدٍ، وَإِنَّا سَمِعْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ» وَقَالَ عَمْرٌو: عَنْ هُشَيْمٍ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا، ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ»
“Abu Bakr berkata setelah memuji Allah,”Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini, dan meletakkannya tidak pada tempatnya (Jagalah diri kalian, tidak memudharatkan kalian orang yang sesat apabila kalian telah mendapat petunjuk) [Al-Maidah : 105]. Ia melanjutkan : “dari Khalid”. Kami mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya manusia jika melihat orang yang berbuat kedzaliman dan tidak mencegahnya, nyaris saja Allah akan menimpakan hukuman bagi mereka semua”. Dan berkata ‘Amr, dari Husyaim, dan aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur:”Tidaklah dilakukan kemaksiatan pada suatu kaum, mereka mampu untuk merubahnya, akan tetapi mereka tidak merubahnya, kecuali nyaris saja Allah menimpakan hukuman bagi mereka semua.” HR Tirmidziy no. 4338 dan dinilai shahih oleh Syaikh Albaniy.
                Begitulah gambaran yang sekiranya bisa kita lakukan ketika melihat kedzaliman merebak di sekitar. Bukan hanya fokus untuk membantu orang yang didzalimi, akan tetapi kita juga harus menolong orang-orang yang dzalim melancarkan aksi kedzalimannya. Apabila kita mampu untuk mencegah, namun ogah-ogahan. Tunggu sajalah hukuman yang akan Allah timpakan kepada kita semua. Kita berlindung dari adzab Allah yang sangat pedih terhadap kedzaliman dan para pelakunya.

Wa shalatu was salamu ‘ala nabiyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa salam

Related Posts

0 komentar: