Para Sahabat
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mereka adalah orang-orang yang menjumpai
nabi, beriman kepadanya, dan wafat dalam keadaan muslim. Mereka adalah kaum Muhajirin
dan Anshar. Orang-orang yang dipilih oleh Allah ta’ala untuk menemani dan
menolong rasulNya dalam mendakwahkan agama Allah ‘Azza wa jalla. Pantaslah
Allah menyebut keutamaan mereka dalam kitabNya;
((وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ
وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ
وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠ )) [التوبة
: 100]
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka
kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS
at-Taubah : 100)
Keridhoan
Allah ta’ala kepada mereka dan surga yang dijanjikan serta kekekalan di
dalamnya, merupakan tanda keutamaan yang mereka miliki sebagai sahabat
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Tentu bukan sebagai sahabat dalam
bermain saja. Akan tetapi mereka merasakan pedihnya siksaan akibat keimanan
mereka kepada Allah dan rasulNya. Merelakan harta, keluarga, dan diri mereka
sendiri untuk Islam. Memperjuangkan agama Allah bersama rasulNya.
Akan
tetapi ada orang-orang yang mengaku beragama Islam
yang tidak menghormati para sahabat. Mereka mencaci maki para sahabat,
melaknatnya, dan mendoakan neraka. Tidak ada yang selamat dari penghinaan
mereka kecuali sedikit saja. Ini adalah tikaman yang mematikan bagi para
sahabat. Tidak pantas ditujukan kepada mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh
Syiah.
Seorang
muslim Ahlussunnah memiliki keyakinan bahwa para sahabat adalah orang-orang
yang terhormat. Selalu mendoakan kebaikan apabila namanya disebutkan. Walaupun
ada perselisihan di antara mereka. Kita memandang perselisihan itu adalah
ijtihad masing-masing. Yang mendapat 2 pahala jika ijtihad itu benar, dan
mendapat 1 pahala apabila ternyata ijtihad tersebut salah.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,”Di antara pokok keyakinan ahlussunnah wal
jama’ah adalah selamatnya hati (tidak membenci, pent) dan lisan (tidak
membicarakan keburukan, pent) kepada para sahabat Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam. Sebagaimana digambarkan oleh Allah ta’ala dalam
firmanNya;
“Orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang". (QS al-Hasyr : 10)”. (al-‘Aqidah
al-Wasthiyah, hlm 94, cet. Daar Ibnu ‘Abbas)
Secara
gamblang Rasulullah melarang untuk mencela para sahabatnya. Disebutkan dalam
sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudriy, bahwa Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam menyatakan,”Janganlah kalian mencela
sahabat-sahabatku ! Demi Allah ! kalaupun ada salah seorang dari kalian yang
berinfak emas sebesar gunung Uhud, itu tidak akan menyamai 1 mud atau
setengahnya dari infak yang mereka keluarkan.” (HR Bukhari no. 3673, Muslim no.
2541)
Inilah kewajiban kita sebagai seorang
muslim terhadap para sahabat Rasulullah. Kita memuliakan mereka, menghormati,
tidak mencela, apalagi mendoakan mereka dengan keburukan. Karena perantara
merekalah kita saat ini dapat mempelajari agama Islam yang murni. Karena sebab
hadits-hadits yang mereka hafalkan lantas diriwayatkan secara turun menurun,
kita dapat meresapi sabda-sabda Rasulullah. Apabila kita mencela mereka, bahkan
melaknatnya, sama saja kita sedang menghancurkan, merobohkan Islam itu sendiri.
Na’udzubillah min dzalik.
0 komentar: