Jumat, 10 Juni 2016

Sahabat Nabi, Kok Dicaci?



Para Sahabat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mereka adalah orang-orang yang menjumpai nabi, beriman kepadanya, dan wafat dalam keadaan muslim. Mereka adalah kaum Muhajirin dan Anshar. Orang-orang yang dipilih oleh Allah ta’ala untuk menemani dan menolong rasulNya dalam mendakwahkan agama Allah ‘Azza wa jalla. Pantaslah Allah menyebut keutamaan mereka dalam kitabNya;
((وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠ )) [التوبة : 100]
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS at-Taubah : 100)

                Keridhoan Allah ta’ala kepada mereka dan surga yang dijanjikan serta kekekalan di dalamnya, merupakan tanda keutamaan yang mereka miliki sebagai sahabat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Tentu bukan sebagai sahabat dalam bermain saja. Akan tetapi mereka merasakan pedihnya siksaan akibat keimanan mereka kepada Allah dan rasulNya. Merelakan harta, keluarga, dan diri mereka sendiri untuk Islam. Memperjuangkan agama Allah bersama rasulNya.
                Akan tetapi ada orang-orang yang mengaku beragama Islam yang tidak menghormati para sahabat. Mereka mencaci maki para sahabat, melaknatnya, dan mendoakan neraka. Tidak ada yang selamat dari penghinaan mereka kecuali sedikit saja. Ini adalah tikaman yang mematikan bagi para sahabat. Tidak pantas ditujukan kepada mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh Syiah.
                Seorang muslim Ahlussunnah memiliki keyakinan bahwa para sahabat adalah orang-orang yang terhormat. Selalu mendoakan kebaikan apabila namanya disebutkan. Walaupun ada perselisihan di antara mereka. Kita memandang perselisihan itu adalah ijtihad masing-masing. Yang mendapat 2 pahala jika ijtihad itu benar, dan mendapat 1 pahala apabila ternyata ijtihad tersebut salah.
                Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,”Di antara pokok keyakinan ahlussunnah wal jama’ah adalah selamatnya hati (tidak membenci, pent) dan lisan (tidak membicarakan keburukan, pent) kepada para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Sebagaimana digambarkan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya;
“Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS al-Hasyr : 10)”. (al-‘Aqidah al-Wasthiyah, hlm 94, cet. Daar Ibnu ‘Abbas)
                Secara gamblang Rasulullah melarang untuk mencela para sahabatnya. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudriy, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menyatakan,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku ! Demi Allah ! kalaupun ada salah seorang dari kalian yang berinfak emas sebesar gunung Uhud, itu tidak akan menyamai 1 mud atau setengahnya dari infak yang mereka keluarkan.” (HR Bukhari no. 3673, Muslim no. 2541)
            Inilah kewajiban kita sebagai seorang muslim terhadap para sahabat Rasulullah. Kita memuliakan mereka, menghormati, tidak mencela, apalagi mendoakan mereka dengan keburukan. Karena perantara merekalah kita saat ini dapat mempelajari agama Islam yang murni. Karena sebab hadits-hadits yang mereka hafalkan lantas diriwayatkan secara turun menurun, kita dapat meresapi sabda-sabda Rasulullah. Apabila kita mencela mereka, bahkan melaknatnya, sama saja kita sedang menghancurkan, merobohkan Islam itu sendiri. Na’udzubillah min dzalik.

Related Posts

0 komentar: