Bulan
Ramadhan telah berakhir dengan terlihatnya hilal bulan Syawal. Alunan gema
takbir bersahut-sahutan, mengagungkan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Pekik
kemenangan bersamaan dengan lantunan takbir menandakan telah tiba hari
bergembira. Hari fitri yang ditunggu-tunggu.
Tak perlu
berduka cita atas berlalunya bulan Ramadhan, apalagi menyiapkan karangan bunga.
Bukan kepergian bulan Ramadhan yang perlu ditangisi, kalau sudah berusaha giat
beribadah dan mengharap pahala. Sesalilah diri yang tidak bertambah ketaatan
dan peningkatan dalam menjalankan ibadah.
Rangkailah
bait-bait doa selama enam bulan kedepan. Ya Allah terimalah amalan-amalan kami
selama Ramadhan.
Ya Allah
ampunilah kami.
Ya Allah
rahmatilah kami.
Sampai pada
enam bulan, basahi lisan dengan lantunan doa enam bulan berikutnya. Ya Allah
sampaikanlah kami kepada Ramadhan.
Kawah
Candradimuka Ramadhan
Selama
satu bulan atau kurang lebih 30 hari, umat muslim di seluruh dunia di gembleng
dengan ibadah puasa di siang hari, dan shalat malam di malam harinya. Ditambah
lagi dengan peningkatan ibadah yang besar-besaran di sepuluh hari terakhir,
mengharapkan bertemu dengan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Lebih
baik dalam pahalanya, lebih baik dalam berkahnya.
Setelah
serangkaian ibadah yang beraneka ragam, mulai dari puasa, shalat malam, membaca
al-Qur’an, berdoa, berdzikir, sudah sepantasnya untuk menjadi pribadi yang baru
ketika bulan Syawal tiba. Menjadi seorang hamba yang menyandang predikat
al-Muttaqin, hamba Allah yang bertakwa. Karena memang itulah tujuan berpuasa
dan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.
Bulan
Meningkatkan Ibadah
Tidak
salah juga mengatakan bulan Syawal adalah bulan untuk meningkatkan ibadah. Baik
dalam segi kualitas maupun kuantitas. Karena hamba-hamba Allah telah menjalani
training selama bulan Ramadhan.
Dan
sepantasnya sudah terbentuk kebiasaan yang baru, yaitu kebiasaan rajin
beribadah. Terbiasa menahan lapar seharian tapi tetap melakukan pekerjaan. Maka
di bulan Syawal pun produktivitas harusnya meningkat, karena sudah tidak perlu
menahan lapar dan dahaga ketika bekerja.
Saat bulan
Ramadhan biasa membaca al-Qur’an dengan keadaan mulut kering karena menahan
haus, maka di bulan Syawal ini kebiasaan membaca al-Qur’an harus tetap, bahkan
ditingkatkan lagi. Karena sudah tidak ada halangan rasa haus yang menyiksa
tenggorokan. Begitu pun dengan sholat malam dan amalan ibadah yang lainnya.
Masih Ada
Amalan Lain
Setelah
berpuasa penuh selama sebulan, masih ada amalan lain saat bulan Syawal. Yaitu
puasa selama enam hari. Sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dari sahabat Abu Ayub yang berbunyi;
قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: "من صام رمضان ثم أتبعه
ستًّا من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa
yang berpuasa Ramadhan secara penuh kemudian menggandengnya dengan berpuasa
selama enam hari di bulan Syawal, seakan-akan seperti berpuasa selama setahun
penuh.” (HR Muslim)
Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan makna hadits ini seraya mengatakan,”Para
ulama menafsirkan hal itu (puasa setahun penuh, red) dengan alasan karena
kebaikan dilipatgandakan sebanyak sepuluh kali. Maka puasa Ramadhan selama satu
bulan dikalikan sepuluh menjadi seakan-akan berpuasa selama sepuluh bulan, dan
puasa enam hari dikalikan sepuluh menjadi seperti enam puluh hari atau dua
bulan. Berdasarkan hal ini disunnahkan bagi umat muslim apabila sudah
menyempurnakan puasa Ramadhan agar berpuasa enam hari bulan Syawal.
Penting
untuk diketahui bahwa puasa Syawal tidak dilakukan sebelum menyelesaikan hutang
puasa Ramadhan. Yakni ketika seseorang memiliki hutang puasa sebanyak sehari,
kemudian berpuasa enam hari bulan Syawal, dia tidak mendapatkan pahala itu
(puasa setahun penuh, red). Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengatakan “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan secara penuh), dan orang yang
masih punya hutang sehari tidak dikatakan berpuasa penuh, akan tetapi berpuasa
pada hari-hari Ramadhan saja. Orang yang punya hutang sehari berarti hanya
berpuasa 29 hari, dan orang yang punya hutang dua hari hanya berpuasa 28 hari,
tidak sebulan penuh. Dan Rasul mengatakan,”Baransiapa yang berpuasa Ramadhan
secara penuh kemudian berpuasa 6 hari bulan Syawal seakan-akan berpuasa setahun
penuh.” (Syarh Riyadhus Shalihin 5/3030-304)
Oleh
karena itu, momen bulan Syawal harus dijadikan bulan peningkatan amalan karena
sudah terlatih selama bulan Ramadhan, dan masih ada lagi amalan lain yang
sunnah untuk dikerjakan. Yaitu puasa selama enam hari bulan Syawal.
”badaa