Jumat, 10 Juni 2016

Sahabat Nabi, Kok Dicaci?



Para Sahabat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mereka adalah orang-orang yang menjumpai nabi, beriman kepadanya, dan wafat dalam keadaan muslim. Mereka adalah kaum Muhajirin dan Anshar. Orang-orang yang dipilih oleh Allah ta’ala untuk menemani dan menolong rasulNya dalam mendakwahkan agama Allah ‘Azza wa jalla. Pantaslah Allah menyebut keutamaan mereka dalam kitabNya;
((وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠ )) [التوبة : 100]
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS at-Taubah : 100)

Minggu, 29 Mei 2016

Cara Menciptakan Postingan Viral di Facebook



Coba bayangkan kalau Anda saat ini mengelola sebuah fanspage dengan juga likers berjumlah 15.000 namun setiap Anda posting hanya dilihat tidak lebih dari 10% dari keseluruhan jumlah fans. Manfaat postingan yang sudah Anda ketik dengan susah payah tidak tersampaikan dengan baik ke seluruh fans.
Lantas bagaimana cara membuat postingan yang menarik dan berpotensi VIRAL di fanspage facebook Anda, sehingga banyak dibaca oleh? Paling tidak ada 5 poin penting yang HARUS Anda perhatikan ketika menulis konten yang akan diposting.

Minggu, 22 Mei 2016

Berapa Kali Mengusap Kepala Ketika Wudhu?

            Semenjak kecil kita diajari bahwa membasuh ataupun mengusap anggota wudhu' adalah 3 kali. Termasuk ketika membasuh kepala. Praktek itu terus saja dilakukan sampai besar, ataupun sampai tua. Benarkah membasuh kepala ketika wudhu' adalah sebanyak tiga kali?
            Mari kita simak gambaran wudhu' nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang dipraktekan oleh Utsman bin Affan dan diceritakan oleh Humran.

Jumat, 20 Mei 2016

Antara Banyak Membaca dan Mulai Menulis, Mana yang Didahulukan?


Kegiatan saya yang suka menulis akhir-akhir ini, bukanlah sebuah ketergesaan dalam menggapai sesuatu sehingga masuk dalam sebuah kaidah yang berbunyi,”Barangsiapa yang tergesa-gesa untuk mencapai sesuatu sebelum waktunya, ia diharamkan untuk mendapatkannya.” Akan tetapi ini adalah luapan fikiran yang bersinergi dengan kecepatan jari-jari dalam menyentuh papan keyboard. Keinginan menulis suatu hal yang patut untuk disyukuri. Kata-kata akan hilang dan lewat begitu saja. Berbeda dengan tulisan yang masih dapat dibaca walaupun sudah berlalu puluhan zaman. Tidakkah terbayangkan bagaimana kalau al-Qur’an tidak ditulis dahulunya, hanya dihafal yang hilang ketika pemiliknya wafat. Sungguh bijak apa yang dilakukan Khalifah Utsman untuk membukukan al-Qur’an kala itu. Hasilnya bisa dinikmati sampai saat ini.
Kembali lagi ke menulis. Ada sebagian orang yang tidak bisa mengungkapan sesuatu dengan gamblang secara verbal. Mungkin ia akan lebih dipahami apabila menggunakan bahasa isyarat alih-alih mengungkapkannya dengan kata-kata. Oleh karenanya ia butuh media lain. Media penampung segala gagasan, cerita, khayalan, segala sesuatu yang berkelebat dalam otak. Hasil dari olah rasa berbagai jenis kejadian. Media menulis sangat cocok untuk orang dengan karakter seperti ini. Tidak laik mengungkapkan sesuatu secara verbal.

Kamis, 19 Mei 2016

2 Wasiat Agung Luqman al-Hakim Untuk Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Wasiat yang berharga tak mesti berbentuk harta, namun wasiat yang menyentuh hati adalah wasiat yang sangat berharga bagi siapapun. Ada wasiat yang diabadikan oleh Allah tabaraka wa ta’ala di dalam Al-Qur’an. Berasal dari seorang ayah yang shalih kepada putera terkasihnya. Wasiat tersebut adalah sebagai berikut :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".”(QS Luqman : 13)

Rabu, 18 Mei 2016

Rugi Besar Menjadikan Al-Qur'an Sebagai Pajangan

Hari-hari belakangan ini, mulai jarang kita dapati orang-orang yang meluangkan waktunya untuk membaca Al-Qur’an. Tidak seperti bertahun-tahun silam. Selepas waktu maghrib, rumah-rumah keluarga muslim ramai dengan suara penghuninya yang membaca Al-Qur’an. Bapak-bapak mengajari anak-anaknya yang masih belum lancar membaca Al-Qur’an, dibantu sang ibu. Bagi anak yang sudah lancar, mereka membaca sendiri disertai tartil dan suara yang merdu. Antara satu rumah dengan yang lainnya terdengar bacaan yang bersahut-sahutan. Sungguh, sekarang ini sulit sekali menemukan keadaan seperti ini.
Sesekali apabila kita sedang bertamu ke rumah tetangga cobalah perhatikan ruang tamunya, atau paling tidak perhatikan rumah kita sendiri, na’udzubillah akan kita dapati bahwa Al-Qur’an kini hanya menjadi penghias lemari ruang tamu. Dipajang dalam keadaan lusuh dan kotor, tertutupi oleh debu, karena jarang dipegang, apalagi dibaca pemiliknya. Pantasnya kita sebagai muslim merasa malu dan prihatin. Al-Qur’an kini sudah tergantikan oleh kotak ajaib, game playstation (ps), dan bacaan lain berupa majalah, novel, koran, komik serta beragam bacaan lainnya. Seakan tidak ada waktu lagi untuk dibaca dan ditadaburi ayatnya.

Senin, 16 Mei 2016

Puisi "Bila Sampai Waktuku"

Bila sampai waktuku,
Malaikat maut di sampingku,
Menghantarkan roh sampai kerongkonganku,
Membawanya ke hadapan Rabbku,

Bila sampai waktuku,
Detik yang berlalu, menit yang berjalan, dan jam yang berputar,
Melayang dalam ingatan,
Amalan baik, amalan buruk,
Sengit bertarung

Bila sampai waktuku,
Apakah aku?
Orang-orang membawa jasadku,
Liang lahat menunggu,
Membawaku di penghakiman malaikat,

Bila sampai waktuku,
Bertanyalah kepadaku,
Petugas patuh nan taat,
3 pertanyaan besar,
Mampukah aku menjawabnya?

Utsman menangis,
Para sahabat keheranan,
Ia mengatakan,
Kubur adalah awal persinggahan akhirat,
Bila selamat, sampailah di taman surga,
Di manakah aku kelak?

Bila sampai waktuku,
Tanah menutupi tubuhku,
Siapakah menemaniku?

Tiga hal menemani,
Dua hal pulang kembali,
Hartaku pergi,
Keluargaku pun pergi,
Tinggalah amal bersamaku,
Seberapa banyak bekalku?

Bila sampai waktuku,
Mungkinkah aku menjerit,
Seperti mereka orang-orang kafir,
Mungkinkah aku jadi tanah saja?

Djati Purnomo Sidhi

Muslim Anti Gegana (Gelisah, Galau, dan Merana)

Kehidupan adalah roda yang berputar. Suatu saat kita berada di atas yaitu dalam kegembiraan, dan ketentraman. Tak jarang roda berputar ke bawah, masalah datang menimpa. Hati yang tenang, berubah menjadi gegana alias gelisah, galau dan merana. Setiap orang pasti pernah merasakannya. Karena itulah bumbu kehidupan. Kehidupan tak selamanya bersenang-senang saja kan.
Sebagian orang berhasil mengatasi rasa galau dan merana yang melanda hatinya. Tapi sebagian yang lain, rasa itu tetap saja bercokol tak mau hilang. Alih-alih produktif berkarya, orang yang tertimpa gegana hanya senang berdiam diri, entah apa yang dipikirkan. Dilihat sungguh membosankan, malas-malasan jangan ditanya lagi. Inginnya hibernasi dalam goa kesendirian. Akhirnya segala macam cara pun diupayakan agar rasa itu hilang. Nulis diari, curhat ke teman, kakak, adik, ibu, bapak, pokoknya semua yang mau mendengarkan. Tapi na’udzubillah kalau sampai ada yang curhat ke orang pintar (paranormal).

Kepada Siapa Harta Nabi Muhammad Diwariskan?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum diangkat menjadi nabi adalah seorang pedagang. Sama seperti profesi kebanyakan kaum Quraisy. Kegiatannya itu sudah beliau geluti sejak dalam asuhan pamannya, Abu Thalib. Perjalanan bisnis pertamanya adalah ke negeri Syam. Hingga menginjak usia 25 tahun, seorang saudagar kaya memberinya modal untuk menjualkan dagangannya. Tak terhitung keuntungan yang didapat oleh nabi kala itu membawa komoditas sang saudagar, yang nantinya akan menjadi istrinya. Khadijah. Bisa dikatakan bahwa kekayaan beliau cukup melimpah.
Setelah beliau diangkat menjadi rasul, beliau mendapatkan bagian khumus atau seperlima dari harta rampasan perang yang diperoleh kaum muslimin. Bertambahlah harta kekayaan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Namun ada yang jadi pertanyaan, kemanakah harta nabi setelah beliau wafat?
Harta nabi Muhammad setelah beliau wafat tidak diwariskan kepada siapapun dari ahli warisnya. Tidak juga kepada Fathimah, putri nabi yang masih hidup kala itu. Atau kepada istri-istri beliau. Akan tetapi harta nabi setelah wafatnya disedekahkan. Hal ini berdasarkan riwayat-riwayat yang ada.
Dari Aisyah radiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Kami (para nabi, pent) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Hadits kedua berasal dari Umar bin Khattab bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,”Sesungguhnya kami para nabi tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” (HR Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Ahli warisku tidaklah saling berbagi dinar. Apa yang aku tinggalkan setelah nafkah untuk istri-istriku, dan gaji pegawai adalah sedekah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari hadits-hadits yang ada kita tahu bahwa harta nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau meninggal bukan diwariskan. Akan tetapi disedekahkan. Bukan dinikmati oleh ahli warisnya.
Hikmah yang terkandung dalam perkara tersebut, bahwa para nabi tidak mewariskan hartanya adalah; Karena Allah mengutus mereka untuk menyampaikan risalahNya, dan memerintahkan mereka agar tidak mengambil upah atas pekerjaannya itu. Allah berfirman,”Katakan wahai nabi bahwa aku tidak meminta upah kepada mereka.” (QS al-An’am : 9, asy-Syuro : 23). Begitulah perkataan Nuh, Hud, dan selain mereka ‘alaihimussalam.
Dikarenakan juga ada sebagian manusia menyangka bahwa kedudukan para nabi itu sejenis para raja, yangmana mereka menginginkan dunia dan kerajaannya. Maka Allah menjaga mereka dengan sepenuh penjagaan, tidak meninggalkan warisan untuk keluarganya.
Juga agar sebagian orang tidak berprasangka buruk bahwa para nabi hanya menginginkan dunia bagi ahli warisnya saja.

Djati Purnomo Sidhi