Kehidupan adalah roda yang berputar. Suatu saat kita berada di atas yaitu dalam kegembiraan, dan ketentraman. Tak jarang roda berputar ke bawah, masalah datang menimpa. Hati yang tenang, berubah menjadi gegana alias gelisah, galau dan merana. Setiap orang pasti pernah merasakannya. Karena itulah bumbu kehidupan. Kehidupan tak selamanya bersenang-senang saja kan.
Sebagian orang berhasil mengatasi rasa galau dan merana yang melanda hatinya. Tapi sebagian yang lain, rasa itu tetap saja bercokol tak mau hilang. Alih-alih produktif berkarya, orang yang tertimpa gegana hanya senang berdiam diri, entah apa yang dipikirkan. Dilihat sungguh membosankan, malas-malasan jangan ditanya lagi. Inginnya hibernasi dalam goa kesendirian. Akhirnya segala macam cara pun diupayakan agar rasa itu hilang. Nulis diari, curhat ke teman, kakak, adik, ibu, bapak, pokoknya semua yang mau mendengarkan. Tapi na’udzubillah kalau sampai ada yang curhat ke orang pintar (paranormal).
Akar Masalah Gegana
Gelisah, galau, dan merana berasal dari permasalahan yang datang mendera. Masalah itu tidak menemukan penyelesaiannya, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa itu. Masalah dengan orangtua, pekerjaan, pasangan, bahkan kucing beranak pun bisa menyebabkan orang menjadi galau.
Kalau mau diteliti lebih mendalam lagi. Rasa gelisah, galau, dan merana terjadi karena kita kurang menjaga hubungan baik dengan sang Pencipta. Sebagai bukti kecilnya saja, ketika kita kehilangan barang yang kita sukai apakah ketika itu kita berpikir bahwa mungkin saja barang itu berefek buruk sehingga Allah menghindarkan efek buruknya bagi kita? Kalau belum berpikiran seperti itu berarti hubungan kita dengan sang Maha Kuasa belum terlalu dekat kan.
Ada beberapa penyebab sebenarnya bagaimana gegana itu bisa bercokol dalam hati, namun intinya berkisar pada kekurangan yang ada pada diri manusia :
- Kurangnya rasa tawakkal kepada Allah. Tawakkal berarti kita menggantungkan diri kepada Allah dan menyerahkan seluruh hasil kepadaNya, setelah melakukan usaha dengan maksimal. Rasa galau datang dikarenakan kita terlalu percaya dengan diri sendiri. Bukan berarti percaya diri itu tercela, akan tetapi kita tetap harus menggantungkan segala sesuatunya kepada Allah. Karena Dia lah yang mengatur segala urusan.
Tawakkal adalah buah yang dihasilkan dari pohon keyakinan. Rasa tawakkal akan terbentuk apabila kita yakin Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambaNya, walaupun menurut persangkaan hamba hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan.
Orang yang bertawakkal kepada Allah maka akan dicukupi olehNya. Begitu juga tawakkal merupakan sifat seorang mukmin yang hakiki, yangmana Allah Ta’ala berfirman;
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ) (لأنفال: 2)
“Orang mukmin adalah orang yang ketika disebut nama Allah bergetar hatinya, apabila dibacakan ayat-ayatNya keimanannya bertambah, dan mereka bertawakkal kepada rabbnya.” (QS al-Anfal : 2)
- Kurangnya keimanan terhadap qodho dan qodar. Seorang yang mengimani qodho dan qodar tidak akan merasakan gelisah, galau, ataupun merana. Karena dia tahu bahwa semua yang telah menimpanya merupakan bagian takdir Allah yang sudah dituliskan lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya segala sesuatu.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ustaimin mengatakan,”Karena seorang mukmin beriman bahwasanya segala sesuatu terkait dengan ketetapan Allah. Maka ia akan selalu merasakan gembira dan lapang hatinya. Karena ia mengetahui bahwa apa yang menimpanya berasal dari dari Allah. Apabila berupa kesusahan ia akan bersabar dan menunggu solusi yang Allah tawarkan, serta meminta kepada Allah agar mengentaskannya dari musibah. Jika yang menimpanya berupa kesenangan, ia akan bersyukur dan memuji Allah. Karena ia tahu bahwa semua itu bukan berasal dari upaya dan kekuatannya.” (Syarah Riyadhus Shalilhin 1/477)
Obat Gegana
Rasa galau itu ada obatnya, seperti penyakit-penyakit lain yang menyerang manusia. Tidak ada yang tidak bisa diobati kecuali kematian. Kita sudah tahu bahwa akar masalah dari rasa galau adalah kurangnya hubungan dengan Allah Jalla wa ‘ala. Maka untuk menghilangkan masalah itu, yang harus dilakukan adalah menjalin komunikasi seraya lebih mendekatkan diri kepadaNya.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Rasulullah ketika sedang tak enak hati adalah segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat.
عن حذيفة، قال: «كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر، صلى»
Dari Hudzaifah, ia mengatakan,”Adalah Rasulullah apabila beliau digelisahkan oleh suatu perkara segera shalat.” (HR Abu Dawud no. 1319, dinilai hasan oleh al-Albaniy)
Bagaimana tidak, karena shalat merupakan penyejuk pandangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits;
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ»
Dari Anas ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Dibuat senang kepadaku dari perkara dunia adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan penyejuk pandanganku di dalam shalat.”(HR an-Nasa’iy no. 3939, dinilah hasan shahih oleh al-Albaniy)
Begitulah obat dari rasa gelisah, galau dan merana yang sering kita alami. Segera ambil air wudhu dan gelarlah sajadah, untuk kemudian mengahadap kepada Rabb semesta alam. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada Bilal;
يا بلال أقم الصلاة أرحنا بها
“Wahai Bilal, iqamatlah untuk shalat dan buatlah kami tenang dengannya.” (HR Abu Dawud no. 4985, dinilai shahih oleh al-Albaniy)
Wash shallahu ‘ala nabiyinnaa Muhammad wa ‘ala Aalihi was sallam
Disempurnakan di Kamar Dahlia 1, ba’da Isya 17 Dzulqo’dah 1436H
Djati Purnomo Sidhi
0 komentar: