Senin, 16 Mei 2016

Menjadi Pedagang Tidak Seharusnya Membuat Anda Minder, Ini Alasannya


Apakah anda pernah merasa minder, ketika ditanya mengenai pekerjaan anda, karena anda hanya seorang pedagang di pasar?. Kalau anda menjawab iya maka saran yang tepat bagi anda adalah segera hilangkan rasa minder anda. Berbanggalah apabila anda ternyata seorang pedagang di pasar.
Mengapa? Karena pekerjaan yang anda lakoni sekarang adalah pekerjaan yang mulia. Walaupun menurut sebagian orang merupakan pekerjaan yang remeh, aib bahkan. Tapi anda tak perlu merasa gundah gulana. Karena pekerjaan anda benar-benar pekerjaan yang mulia.
Apa pasal? Pekerjaan anda saat ini adalah pekerjaan para nabi. Bahkan nabi panutan kita adalah seorang pedagang di pasar, dan beliau terbilang sebagai seorang pedagang yang sukses. Telah termasyhur kisah kepergian beliau ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, dan beliau membawa pulang keuntugan yang amat besar.


Akan tetapi Karena pekerjaannya tersebut beliau dicela oleh orang-orang musyrikin di sekitaran beliau. Simaklah bagaimana celaan mereka terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;
وَقَالُواْ مَالِ هَٰذَا ٱلرَّسُولِ يَأۡكُلُ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشِي فِي ٱلۡأَسۡوَاقِ ٧
“Dan mereka berkata: “Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (QS. Al-Furqon : 7)
Imam Baghawiy menafsirkan ayat di atas dengan perkataan kaum musyrikin, ”Muhammad mencari penghidupan di pasar sebagaimana yang kami lakukan, maka tidak boleh ia melebihi kami dengan kenabian.” (Tafsir al-Baghawiy, 6/73)
Begitulah celaan yang dilontarkan kaum musyirikin terhadap manusia paling utama di muka bumi ini. Mereka menganggap seorang nabi tidak pantas untuk mencari penghidupan di pasar menjadi pedagang. Padahal menurut Allah ta’ala adalah sebaliknya. Berdagang di pasar merupakan pekerjaan para nabi terdahulu. Sebagaimana jawaban Allah ta’ala terhadap celaan kaum musyrikin di atas;
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ مِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمۡ لَيَأۡكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمۡشُونَ فِي ٱلۡأَسۡوَاقِۗ٢٠
“Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (QS. Al-Furqon : 20)
Pekerjaan sebagai pedagang tidak hanya dilakoni oleh nabi seorang diri saja, akan tetapi para sahabat banyak yang mengikuti jejak beliau. Di antaranya adalah Abdurahman bin ‘Auf, beliau mulai berdagang ketika baru tiba di Madinah. Beliau menuturkan kisahnya;
أن عبد الرحمن بن عوف – رضي الله عنه – قال: (لما قدمنا المدينة آخى رسول الله – صلى الله عليه وسلم – بيني وبين سعد بن الربيع فقال سعد بن الربيع: إني أكثر الأنصار مالاً فأقسم لك نصف مالي وانظر أي زوجتي هويت نزلت لك عنها فإذا حلت تزوجتها، قال فقال له عبد الرحمن: لا حاجة لي في ذلك هل من سوق فيه تجارة؟ قال: سوق قينقاع قال فغدا إليه عبد الرحمن فأتى بأقط وسمن قال ثم تابع الغدو فما لبث أن جاء عبد الرحمن عليه أثر صفرة.
Abdurrahman bin ‘Auf mengkisahkan : ”Ketika saya baru tiba di Madinah, Rasulullah mempersaudarakanku dengan Sa’ad bin Rabi’. Maka Sa’ad berkata kepada Abdurrahman,”Aku adalah orang anshar yang paling kaya. Akan aku bagi setengah hartaku untukmu. Dan lihat istri-istriku dan pilih mana yang engkau sukai, akan aku ceraikan untukmu. Setelah selesai masa idahnya maka nikahilah.” Maka Abdurahman menimpali,”Aku tidak memerlukan hal itu, apakah ada pasar yang biasa untuk berdagang?” dijawab,”pasar Qainuqa”. Pergilah Abdurahman berdagang di pasar. Sekembalinya dari pasar ia beroleh untung berupa makanan dan minyak samin. Perdagangannya terus berlanjut sampai memiliki harta yang melimpah ruah.(HR Bukhari)
Sehingga tak usah merasa minder jikalau anda adalah pedagang di pasar. Karena sesungguhnya orang-orang mulia memiliki pekerjaan yang sama dengan anda.
 Oleh : Djati Purnomo Sidhi
Kamar D2.06, 10 Shafar 1436 H/ 2 Desember 2014

Related Posts

0 komentar: