Senin, 16 Mei 2016

Musibah Yang Menimpa Menjadi Awal Kesuksesannya

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS al-Baqarah [2] : 216)
“Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS an-Nisa [4] : 19)

Alur kehidupan manusia memang sesuatu yang tak pernah bisa ditebak. Terkadang bahagia, tak jarang sengsara menyapa. Ada saat tertawa lepas, dan ada juga saat mata menghamburkan airmata. Kalau bisa diumpamakan, seperti sebuah perahu yang menyusuri aliran sungai. Sang nahkoda tidak akan pernah mengira apa yang akan menghadang perjalanannya. Karena mungkin saja kapal akan karam menghajar batu cadas, ataukah kapal itu akan selamat sampai tujuan yang diinginkan.


Mungkin pernah suatu saat kita merasakan bahwa kehidupan seperti tidak berpihak kepada kita. Tak pelak, keluhan dan umpatan keluar dari lisan. Ujian yang menimpa, seakan-akan menegaskan bahwa Allah ta’ala tidak adil kepada diri kita, karena menimpakan cobaan yang begitu berat untuk diterima. Tapi harus kita menyadari, itu semua adalah pilihan Allah bagi kita, pastilah ada hikmah besar di baliknya.
Pernah suatu saat, ketika sedang belajar di dalam kelas. Guru kami bercerita bagaimana inginnya beliau melanjutkan kuliah di jenjang doktoral. Karena jenjang magister sudah dilaluinya di salah satu universitas ternama Timur Tengah.
Selepas tiga hari kepulangannya ke Indonesia, ayahandanya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Suatu pukulan yang cukup telak bagi beliau, di tengah kebahagiaan mennyelesaikan pendidikan yang masih terbayang di depan mata. Melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya adalah impian beliau. Akan tetapi keadaan yang demikian, membuat beliau memilih untuk tidak melanjutkan belajarnya. Demi menemani sang orangtua yang tinggal satu-satunya, yaitu sang ibunda yang sudah berusia senja.
Berbekal ilmu yang diperoleh semasa belajar di Timur Tengah, mulailah beliau memberikan ceramah di masjid-masjid sekitar daerahnya. Selain itu, beliau membuka sebuah pondok pesantren, yang diharapkan mampu mencetak pejuang-pejuang umat Islam di masa mendatang.
Dan kini selepas 4 tahun berdakwah, banyak orang yang terketuk hatinya untuk mempelajari agama Islam lebih mendalam. Kajian yang beliau sampaikan dihadiri oleh banyak orang. Rekaman kajiannya yang berbentuk video ataupun Mp3 bertebaran dan diunduh oleh para pengguna internet. Adapun pondok pesantren yang beliau kelola, saat ini sudah meluluskan satu angkatan yang siap berdakwah menyebarkan syiar Islam di tengah masyarakat.
Tak terbayang berapa banyak pahala yang mengalir kepada beliau karena kegiatan dakwahnya saat ini. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengamalkannya”. Sepenggal sabda baginda Rasulullah di atas mungkin telah menjadi pelipur lara bagi beliau saat ini, karena pupusnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.
Karena apa yang kita rasakan saat ini sebagai badai cobaan, ujian, ataupun ketidakadilan, mungkin saja merupakan sebuah awal bagi kejadian besar yang mewarnai hidup kita kelak. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu” pada akhir ayat ini Allah ta’ala menegaskan,” Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Kita tak pernah mengetahui apa rahasia di balik pilihan Allah untuk kita. Akan tetapi kita harus percaya bahwa setelahnya akan ada kebaikan yang tidak terkira. Karena Allah mengharamkan perbuatan dzalim bagi diriNya, dan tidak akan pernah mendzalimi hamba-hambaNya.

Related Posts

0 komentar: